WAEREBO
WAEREBO
ya waerebo, mungkin nama itu tidak asing lagi bagi kalian yang suka travelling.
Dari labuan badjo kita lanjutkan perjalanan menuju ke timur, mencari tumpangan seperti biasanya, Tepat di pertigaan labuan bajo yang mengarah ke ruteng kita dapat tumpangan seorang supir truk yang belum sempat kita tanya namanya
| Labuan badjo |
Sopir truk : saya tidak jauh, cuman sampai depan saja (pas setelah bapak itu bilang begitu ada temannya lewat mengendarai mobil ertiga, langsunglah dia mendahului mobil itu dan berkata ke sopirnya untuk menumpangi kita
kenapa kita? ya karena perjalanan kali ini aku ditemani si bakoh yang nyamper ketika aku lagi singgah di ampenan/lombok
setelah kita pindah tumpangan kita ngobrol ngalor ngidul bersama pak dus dan juga mama frida (pengendara & penumpang mobil)
mereka bercerita tentang legenda legenda jaman dahulu yang ada di tempat tinggal pak dus, dan juga cerita pengalaman pengalaman yang didapat selama tinggal di nusa tenggara timur
tak lupa mama frida juga bercerita tentang masa mudanya waktu di jawa, dia membuat candaan menggunakan bahasa jawa sembari bernostalgia ketika dulu kuliah di jawa timur,
sampai di tempat pemberhentian pak dus dan mama frida hendak mengajak untuk bermalam kerumah mereka karena mereka kawatir kita tidak mendapat tempat untuk bermalam karena sudah larut malam, lalu kita jawab kita tidur dimana aja pak selagi masih ada tanah lapang dan pom bensin hehe
sayang nya kita lupa bertukar kontak dengan mereka, yasudahlah semoga bertemu kembali,,
tiba di cancar
sewaktu turun dari mobil para tukang ojek menghampiri untuk menawarkan jasa, cukup ditolak secara halus karena saya berniat berjalan untuk bermalam di pom bensin terdekat dan mereka pun tidak memaksa, baru jalan beberapa menit kita bertanya ke seorang bapak di depan warung bakso
"pak pom bensin masih jauh?
"masih dek, jam segini pom juga udah tutup
dari logat saya pikir bapak ini orang jawa
"bapak orang jawa nggih?
"iyo le aku wong jowo
obrolan berlanjut dan bapak itu mengajak masuk ke warung bakso yang ternyata beliau lah pemiliknya, pak dadang namanya, pak dadang orang purwodadi yang merantau ke ntt sebagai pedagang bakso yang sudah sekitar lima tahunan.
setelah itu pak dadang menelfon istrinya dan berkata ada tamu dari jawa buk nanti aku ajak tidur dirumah aja ya
alhamdulillah selalu ada jalan, the power of ndelalah.
waktunya tutup warung, pak dadang mengajak kerumah untuk bermalam, lagi lagi di perjalanan aku melihat hal yang belum pernah aku lihat, orang orang berjoget ria di bawah tratak dengan di iringi musik dj remix dari hp, sesampainya dirumah pak dadang disambut oleh istrinya, "NAK MEH MADANG OPO NGOPI JIPUK DEWE YA LE, SANTAI WAI" seperti orang yang udah kenal lama, pertemuan pertama yang hangat dan tidak menganggap kita sebagai orang asing.
paginya setelah sruput kopi kita menyempatkan ke sawah berbentuk sarang laba laba, yang tempatnya tepat di belakang rumah pak dadang, cukup berjalan kaki selama lima menit, ada cerita menarik tentang sawah ini yang akan ku ceritakan di blog selanjutnya
setelah bermalam dirumah pak dadang kita lanjutkan perjalanan ke desa adat waerebo, setelah menunggu beberapa lama akhir nya kita dapat tumpangan, setelah itu kita oper naik taxi yang cukup menarik, aku bilang menarik karena taxi nya bukan seperti taxi taxi dikota besar, taxi disini adalah truk yang di modif bak belakangnya menjadi tertutup dan di kasih beberapa bangku memanjang kesamping
| Pemberhentian terakhir otto taxi |
| On the way waerebo |
pak afen = nanti istirahat dirumah saya dulu aja mas, lanjut perjalanan ke waerebo besok lagi
jadi pak afen ini memiliki rumah juga di bawah waerebo, begitu pula warga waerebo yang lain.
setelah sampai dirumah pak afen kita disambut keluarga pak afen yang begitu ramah, kita dijamu dengan kopi waerebo dan juga hidangan khas racikan mama waerebo.
malam harinya tetangga pak afen berdatangan karena pak afen waktu itu baru pulang dari jakarta untuk menghadiri acara kopi. pak afen bercerita tentang kegiatan pak afen selama beliau pergi, dan mereka juga berdiskusi tentang hal hal yang berada di waerebo.
| Makan malam bersama pak afen familys |
ada hal menarik yang saya dapat dari cerita mereka, jadi mereka mengadakan sebuah arisan yang disetiap tahun dan bukan uang semata yang mereka dapat, melainkan biaya kuliah untuk warga waerebo, mereka bergotong royong untuk mensekolahkan salah seorang anak di waerebo untuk mendapatkan akses kuliah ke luar pulau. sebenarnya bulan itu acara pengookan arisan dimulai dan akan ada seperti acara perayaan, sayangnya kita enggak bisa ikut karena harus bergeser.
Sebelum berangkat
pak afen juga bercerita kalau nanti kalian sampai diwaerebo kalian harus mengikuti upacara adat dan juga membayar uang seikhlasnya setelah upacara adat selesai, inti dari upacara adat itu adalah untuk meminta permisi kepada leluhur untuk kita yang baru menginjakkan kaki di waerebo dan juga untuk menjadikan kita bagian dari keluarga waerebo
Hari pendakian
setelah bermalam dirumah pak afen paginya kita diantar pak afen menuju pos pendakian, rencananya kita mau berangkat ke waerebo bersama pak afen, tapi karena beliau masih ada urusan di rumah bawah jadi aku berngkat dengan bakoh saja, pendakian memakan waktu kurang lebih 3jam, dan trek pendakian juga terbilang slow dan landai, waerebo memiliki ketinggian sekitar1200 mdpl
| Jalur pendakian |
| Jalur pendakian |
perjalanan yang memanjakan mata, terlihat landscape pulau mules, perkebunan kopi, dan juga tempat tempat mata air. setelah beberapa saat sampai lah kita disebuah gubub, digubug ini kita membunyikan kentongan untuk memberitahukan ke warga bahwa ada tamu yang datang, dan mereka akan bersiap untuk menyambut.
sampailah kita di waerebo dengan disambut seorang ketua adat dan kita dipersilahkan masuk untuk melakukan upacara adat
selesai melakukan upaara kita di guide oleh mas lian salah seorang pemuda waerebo, beliau menjelaskan sedikit banyak tentang waerebo, mulai dari sejarah nenek moyang yang bermukim pertama kali disini, filosofi dan manfaat dari bagunan rumah waerebo, dan masih banyak lagi.
| Mbaru niang |
Komentar